Di Balik Ragam Motif Batik

BANDUNG – Bertepatan dengan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2015, Ketua Kwarda Pramuka Jawa Barat Kak Dede Yusuf Macan Effendi meminta kepada seluruh insan Pramuka untuk menjadikan batik sebagai cermin kepribadian. Menurut Kak Dede, batik bukan sekadar kain ataupun corak lukisan, baginya batik adalah identitas karakter bangsa yang mencerminkan kebhinekaan, kesantunan, keluhuran pekerti dan kekayaan budaya. “Batik Indonesia itu tidak ada yang dicetak, dia hanya
boleh ditulis atau dicap. Makanya batik tidak pernah ada yang persis sama, pasti ada bedanya.

Setiap daerah punya corak sendiri, itu cermin kebhinekaan,” ujarnya. Meski berbeda-beda corak lanjut Kak Dede, apabila dipadukan dalam sebuah kesempatan aneka motif batik menjadi sebuah kesatuan yang indah dan harmonis. Sebagaimana contoh baju batik yang dipakai oleh orang banyak dalam acara pernikahan tampak kontras dan indah. “Jadi bersatu itu tidak harus sama, boleh berbeda-beda aneka ragam seperti batik banyak motif tapi bisa dipadupadankan dalam berbagai kesempatan, itulah hakekat makna bhineka tunggal ika,” terangnya.

Oleh karena itu, Kak Dede yang juga selaku pembina Yayasan Batik Jawa Barat, mengimbau agar generasi muda berbangga hati mempunyai batik sebagai warisan dunia. Menurut aktor senior ini, generasi muda harus melestarikan batik dengan cara berinovasi menjadikan batik sebagai motif berbagai produk dan trend fashion. “Batik bisa jadi corak sepatu, batik bisa untuk tas, jaket dan banyak hal. Kita tunjukkan kepada dunia bahwa batik adalah warisan budaya Nusantara untuk umat manusia di dunia,” ujarnya. (TIM)